Anak-anak adalah pembelajar bahasa yang alami. Di samping karena kemampuan otak mereka yang masih seperti spons (dapat menyerap informasi dengan jauh lebih cepat), mereka juga memiliki motivasi alami untuk mempelajari bahasa tanpa secara sadar melakukannya. Berbeda halnya dengan remaja dan orang dewasa, anak-anak memiliki kemampuan untuk meniru pengucapan dan menyusun ‘aturan’ untuk diri mereka sendiri. Pemikiran bahwa belajar berbicara dalam Bahasa Inggris itu sulit tidak ada dalam benak anak-anak, kecuali jika hal itu disugestikan oleh orang dewasa di sekitar mereka, yang mungkin belajar Bahasa Inggris secara akademis di usia yang lebih tua melalui buku-buku teks berbasis grammar.
Ada beberapa tahapan yang dilalui seorang anak saat belajar bahasa. Ketika seorang bayi “belajar” bahasa yang digunakan di rumahnya, ada ‘masa hening’, yaitu masa ketika ia melihat, mendengarkan, dan berkomunikasi melalui ekspresi wajah dan gerak tubuh sebelum ia mulai berbicara. Ketika anak-anak belajar Bahasa Inggris, mereka juga mengalami ‘masa hening’ yang serupa dimana pemahaman dan komunikasi non verbal terjadi sebelum mereka benar-benar bisa mengucapkan kata-kata dalam Bahasa Inggris.
Setelah beberapa waktu – tergantung pada frekuensi sesi Bahasa Inggris yang mereka jalani – setiap anak (biasanya anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki) akan mulai mengucapkan kata-kata tunggal (seperti cat atau house) atau frasa-frasa pendek (seperti “What’s that?”, “It’s my book”, “I can’t”, atau “That’s a car”) dalam percakapan mereka. Mereka telah menghafal kata-kata tersebut (dan meniru pengucapannya dengan tepat) tanpa menyadari bahwa yang mereka ucapkan itu adalah sebuah kata, frasa, atau bahkan kalimat. Tahap ini berlanjut selama beberapa waktu saat mereka menangkap lebih banyak lagi kata-kata dan menggunakannya untuk bercakap-cakap sebelum mereka siap untuk membuat kalimat-kalimat sendiri.
Secara bertahap anak-anak mulai membangun frasa yang terdiri dari satu kata (yang telah mereka hafal) ditambah dengan kata lain yang berasal dari kosakata mereka sendiri (contoh: “a dog”, “a brown dog”, “a brown and black dog”). Mereka kemudian secara bertahap akan mulai membuat kalimat utuh, tergantung dari intensitas paparan Bahasa Inggris yang mereka dapatkan serta kualitas pengalaman mereka selama pembelajaran bahasa terjadi.
Dalam melewati tahapan-tahapan belajar Bahasa Inggris tersebut, sangatlah wajar bila anak-anak menghadapi berbagai hambatan. Di bawah ini kita akan membahas beberapa masalah yang umum dihadapi oleh anak-anak saat belajar Bahasa Inggris dan solusi yang dapat dilakukan oleh orangtua dan guru untuk membantu anak mengatasinya.
- Bahasa lisan vs tulisan
Salah satu masalah umum yang dihadapi oleh anak saat belajar bahasa asing adalah terkait penggunaan bahasa lisan dan tulisan. Ada beberapa bahasa yang bentuk lisan dan tulisannya berbeda, salah satunya Bahasa Inggris. Sebagian anak mungkin merasa sulit untuk membedakan antara bentuk lisan dan tulisan dari bahasa yang sedang mereka pelajari.
Masalah ini dapat diatasi dengan memperbanyak praktik dan latihan terkait kedua bentuk bahasa tersebut. Dalam bentuk tertulis, jika seorang anak tidak dapat menulis sesuatu dengan benar, mereka harus diberi waktu yang cukup untuk berlatih menulis sebelum orangtua atau guru memeriksa hasil pekerjaannya.
- Kurangnya minat belajar Bahasa Inggris
Hal ini adalah masalah umum lain yang dihadapi anak-anak ketika belajar Bahasa Inggris. Banyak anak mungkin lebih tertarik bermain dengan teman, menonton YouTube, atau bermain computer games dan tidak ingin mempelajari bahasa baru.
Dalam hal ini, orangtua bisa mendaftarkan anaknya ke lembaga bahasa yang metode pembelajarannya disesuaikan dengan tren terkini di bidang pengajaran Bahasa Inggris untuk anak. Kegiatan belajar di kelas yang terdiri dari beragam aktivitas dan permainan yang disesuaikan dengan gaya belajar dan perkembangan kognitif anak bisa meningkatkan minat anak dalam belajar Bahasa Inggris. Total Physical Response (metode belajar yang memaksimalkan gerak fisik sebagai respon terhadap instruksi verbal) untuk anak-anak yang berusia lebih muda, atau Project-based Learning (kegiatan belajar berbasis proyek) untuk mengasah kreativitas dan keterampilan berpikir kritis pada anak akan menumbuhkan kecintaan anak pada materi pelajaran dan pada proses belajar yang mereka alami.
- Kurangnya kosakata
Kurangnya kosakata sering menjadi keluhan anak saat diminta untuk mencoba berbicara dalam Bahasa Inggris. Ini adalah masalah yang cukup umum terjadi. Dalam bahasa aslinya, anak-anak akan mengambil (mencontoh) kata-kata dari orang lain dan menggunakannya dalam percakapan sehari-hari mereka. Namun saat belajar Bahasa Inggris, mereka perlu diajari dengan kosakata baru yang mungkin tampak sulit bagi mereka untuk dipahami dan dipelajari. Beberapa anak bisa merasa frustrasi karena ketidakmampuan mereka untuk mengungkapkan pikiran dalam Bahasa Inggris. Mereka mungkin ingin berbicara dengan cepat dalam Bahasa Inggris seperti yang mereka bisa lakukan dalam bahasa asli mereka, tapi merasa tidak mampu untuk melakukannya.
Kondisi ini dapat diatasi dengan menumbuhkan kesenangan membaca dan menulis pada anak. Kegiatan story telling yang dikombinasikan dengan permainan peran dan aktivitas menulis yang menyenangkan dapat secara signifikan membantu meningkatkan kosakata anak. Orangtua misalnya dapat mengajak anak untuk menulis kata-kata pada potongan karton yang dijadikan label, dan lalu menempelkan label-label tersebut pada benda-benda di rumah untuk membantu anak mengingat berbagai nama perabotan.
- Tidak nyaman dengan setting kelas
Beberapa anak mungkin merasa malu atau tidak nyaman saat belajar Bahasa Inggris di kelas. Mereka tidak mau berbicara di depan orang lain atau menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Mereka berpikir bahwa mereka tidak akan dapat berbicara dalam Bahasa Inggris dengan lancar (atau menjawab pertanyaan dengan benar), yang dapat menyebabkan rasa malu di depan orang lain. Mereka mungkin merasa sulit untuk mencapai potensi penuh mereka di dalam kelas.
Salah satu cara terbaik untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mendorong mereka dan memberi selamat atas pencapaian mereka saat berhasil mengucapkan sebuah kalimat, betapapun singkatnya kalimat itu. Namun jika dibutuhkan, belajar dengan guru privat adalah pilihan yang dapat dilakukan.
- Takut salah
Dalam proses belajar anak-anak mungkin membuat kesalahan dalam proses menyusun kata atau kalimat sehingga tidak mengikuti tata bahasa yang benar, atau mereka mungkin tidak tepat dalam mengucapkan suatu kata. Sebaiknya mereka tidak diberitahu secara langsung bahwa mereka telah melakukan kesalahan, karena koreksi yang tidak dilakukan dengan tepat dapat menurunkan motivasi.
Seperti saat mempelajari bahasa asli mereka, jika anak-anak memiliki kesempatan untuk mendengar orang dewasa mengulangi kalimat yang sama dengan benar, mereka akan mengoreksi diri mereka sendiri pada waktunya.
- Lingkungan belajar terbatas
Dalam belajar Bahasa Inggris, apa yang terjadi di luar kelas sesungguhnya tidaklah kalah penting. Dalam kebanyakan kasus, anak-anak hanya berusaha berbicara Bahasa Inggris yang benar di kelas ketika mereka berada di bawah pengawasan guru. Selain itu, siswa tidak selalu mendengar orang-orang di sekitar mereka berbicara Bahasa Inggris dengan benar. Akibatnya, menjadi lebih sulit untuk belajar Bahasa Inggris yang benar.
Anak-anak perlu merasa bahwa mereka membuat kemajuan. Mereka membutuhkan dorongan terus-menerus serta pujian untuk kinerja yang baik, karena setiap keberhasilan yang mereka capai akan memotivasi mereka untuk membuat keberhasilan berikutnya. Orangtua berada dalam posisi yang ideal untuk memotivasi dan membantu anak-anak belajar di luar sesi kelas. Dan hal ini tetap dapat dilakukan meskipun orangtua hanya memiliki kemampuan Bahasa Inggris dasar. Mereka dapat belajar bersama anak-anak mereka.
Dengan berbagi, orangtua tidak hanya dapat membawa bahasa dan aktivitas anak ke dalam kehidupan keluarga, tetapi juga dapat memengaruhi sikap anak terhadap pembelajaran bahasa.
- Siswa menjadi terlalu bergantung pada guru
Bagian dari proses belajar apa pun adalah mencari tahu bagaimana kita dapat memecahkan masalah kita sendiri. Jika seorang anak selalu pergi ke guru untuk setiap masalah kecil yang dihadapinya, maka anak tersebut tidak akan pernah bisa belajar secara mandiri.
Jika anak bersikeras bahwa mereka tidak tahu bagaimana cara mengatakan (atau melakukan) sesuatu sendiri, mereka perlu diyakinkan bahwa mereka benar-benar bisa. Guru atau orangtua dapat melakukannya dengan memberikan dorongan serta umpan balik yang positif. Guru terbaik adalah guru yang bisa mengajari anak bagaimana caranya belajar.
- Guru tidak berkualitas
Harus diakui bahwa tidak semua guru Bahasa Inggris memiliki kompetensi dan kualitas yang mumpuni untuk membantu anak mencapai tujuan belajar mereka. Ini adalah masalah yang sesungguhnya paling signifikan. Bagi anak-anak, apa pun yang dikatakan guru, apakah benar atau salah, akan dianggap benar oleh mereka. Hal ini menyebabkan banyak kebingungan di antara siswa anak-anak apabila guru yang berbeda memberi tahu mereka hal yang berbeda.
Orangtua harus pandai-pandai dalam memilih lembaga bahasa yang dapat menyediakan guru dengan standar kecakapan berbahasa Inggris yang tinggi serta kualitas keterampilan mengajar yang baik.
Anak-anak yang belajar bahasa secara alamiah (bukan mempelajarinya secara sadar seperti yang harus dilakukan oleh remaja dan orang dewasa), cenderung memiliki pengucapan yang lebih baik serta perasaan yang lebih dekat terhadap bahasa dan budaya yang melekat pada bahasa tersebut. Ketika anak-anak monolingual mencapai pubertas dan menjadi lebih sadar diri, biasanya kemampuan mereka untuk menangkap bahasa akan berkurang dan mereka mau tidak mau harus belajar Bahasa Inggris secara sadar. Tidak ada salahnya bagi orangtua untuk mendaftarkan anak-anaknya ke kursus Bahasa Inggris sejak dini. Namun sangatlah penting untuk memilih lembaga kursus Bahasa Inggris yang menyediakan guru dengan kualitas yang baik dan lingkungan belajar yang kondusif.